Pastor paroki St. Yosef Bajawa RP. Remigius Todang, OCD |
Tetapi
komunikasi yang vertical itu harus membawa efek horizontal. Relasi kita dengan Allah di dalam doa, di dalam
ekaristi, kalau benar pasti membawa pengaruh bagi kehidupan bersama. Ada begitu banyak diantara kita yang sungguh
berdoa tetapi tidak bersatu di dalam keluarga. Menghadiri perayaan ekaristi
dengan tata religious dan kesopansantunan yang tinggi tetapi menjadi provokator
di tengah masyarakat. Hal ini berarti kita tidak sungguh berdoa, atau hanya berdoa
diselimuti kesalehan palsu dan bohong. Karena
doa yang benar dan sejati, komunikasi yang sejati dengan Allah mesti membawa
tranformasi hidup serta membawa pembaharuan cara berpikir, cara bertindak dan
cara berelasi kita dengan sesame, mulai
dari dalam komunitas yang paling kecil yakni keluarga yang adalah gereja mini. Karena
Yesus mendoakan gereja supaya bersatu.
Yesus
berdoa mohon persatuan. Ia mendoakan agar para murid-Nya bersatu dan semua
orang yang percaya kepada-Nya serta yang mewartakan karya keselamatan untuk
bersatu, termasuk kita. Dalam kunjungan
kerja ketingkat lingkungan dan KUB dalam wilayah paroki St. Yosef Bajawa adalah
wujud nyata yang ingin disampaikan sesuai tema hari komunikasi “Datang dan Lihatlah”. Begitu banyak
persoalan yang dilihat dan didengar, tidak gampang mejadi ketua KUB, kata pater
Remi yang adalah pastor Paroki St. Yosef Bajawa ini.
Doa
Yesus adalah untuk bersatu, namun di dalam komunitas para rasul yang keduabelas
orang itu, ternyata ada yudas yang mengkianati-Nya, ada yudas yang tidak setia,
ada yudas yang tidak mau bersatu, ada yudas yang egois dan yudas yang ingat
diri, akibatnya komunitas ini menjadi terluka. Kita juga bias menjadi yudas di
dalam KUB, di paroki, di kantor, di rumah dan keluarga kita masing-masing kalau
kita mementingkan diri sendiri dan kalau kita tidak berusaha membangun
persatuan dan persaudaraan yang sejati. kita menjadi yudas di KUB-KUB bila kita
menyangkal dan menyakiti orang yang telah kita pilih dan dipercayakan untuk
menjadi fungsionaris pastoral, kita menjadi yudas di dalam keluarga kita
masing-masing bila menjadi suami atau isteri yang tidak setia dan menjadi
anak-anak yang tidak setia dan kepala batu. Tuhan Yesus menginginkan kita warga
gerejanya dan semua orang bersatu. Dan hal itu hanya bias terwujud kalau kita
bertobat. Kalau kita mau menanggalkan mentalitas yudas dan mampu belajar dari
mentalitas Matias, seorang yang menggantikan yudas, ia adalah seorang yang
saleh, seorang baik, seorang yang setia mengikuti Yesus sejak awal hingga Yesus
naik ke Surga.
Dulu
atau mungkin hingga sekarang kita pernah menjadi yudas, tetapi di dalam Tuhan
selalu ada kesempatan, selalu ada kemungkinan untuk menjadi Matias, melalui
pertobatan, supaya kita bias menyembuhkan keluarga kita, meyembuhkan KUB kita,
menyembuhkan komunitas kita. Komunikasi yang sejati dan benar harus dibangun di
atas dasar yang sejati dan benar. Dan dasar dari komunikasi relasi yang sejati
adalah kasih, adalah Allah sendiri. Allah adalah kasih, barang siapa tinggal di
dalam Allah ia tinggal di dalam kasih. Akan terjalin suatu komunikasi dan
relasi yang baik seperti yang didoakan oleh Yesus.
Semoga kita sungguh membuka
hati kita untuk saling berbagi serta berkomunikasi yang sehat dan sejati.
Semoga.
(red. Komsosanjosbajawa)