Kitab Hukum Kanonik maupun dokumen Konsili Vatikan II terutama dalam LG menyatakan bahwa Gereja sebagai persekutuan (communio) umat beriman, yang telah terbaptis dan diinkorporasikan dengan Kristus, mengambil bagian dalam tritugas Krisus di dunia sebagai Imam, Nabi dan Raja. Mereka dipanggil dan diutus oleh Allah melalui Gereja di tengah dunia. Paroki sebagai “ibu Gereja”, adalah sebuah persekutuan (communio) umat beriman kristiani yang terorganisir secara hirarkis. Sebagai persekutuan yang terorganisir, peran Pastor Paroki menjadi penting, karena dialah Manajer sekaligus Leader bagi umat beriman di Parokinya. Oleh karena itu, Paroki sebagai Gereja Umat Allah yang sedang berziarah (bdk. LG, bagian kedua), memiliki dimensi illahi dan sekaligus manusiawi dapat diatur dan dilaksanakan secara profesional dengan ilmu manajemen. Karena ilmu manajemen dapat membantu bagaimana mengelola dan memimpin Paroki sebagai sebuah institusi ilahi yang terorganisir secara baik.
Kepemimpinan dan Manajemen Paroki.
Kepemimpinan adalah seni untuk memberdayakan, merupakan seni yang tertinggi. Kepemimpinan berbeda dengan manajemen, meskipun bisa dilakukan oleh orang yang sama. Pastor Paroki adalah pemimpin dan sekaligus manajer dari insitusi yang terorganisir yang disebut dengan Paroki (bdk. Kan 519). Maka Pastor Paroki adalah seorang yang berperan sebagai manajemen leader. Pastor Paroki bertindak sebagai manajer yang melakukan hal-hal pastoral dengan benar. Sedangkan sebagai pemimpin dia melakukan hal-hal yang benar. Sebagai pemimpin, Pastor Paroki berurusan dengan upaya untuk menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh zaman. Oleh karena itu, Pastor Paroki harus melaksanakan pola kebijakan manajerial paroki guna menghadapi kompleksitas. Pastor Paroki harus memiliki fokus karya pastoral sesuai dengan visi dan misi parokinya dan mengontrol desain karya pastoral tersebut. Contoh: sekolah adalah sebuah institusi untuk mendidik anak-anak menjadi pandai tetapi jika kita mendapat pemimpin dalam hal ini guru yang buruk maka kita akan mendapatkan pendidikan yang buruk pula.
Seorang pemimpin adalah arsitek dan pencipta sekaligus pengelola. Kepemimpinan berfokuskan pada penciptaan visi bersama sedangkan manajemen adalah desain pekeijaan dan berurusan dengan fungsi perencanaan sampai pengawasan. Sebagai seorang pemimpin Pastor Paroki harus mengusahakan agar umat ber-iman atau dewan pastoral paroki atau ketua wilayah-lingkungan, memiliki keinginan untuk melakukan apa yang harus dilakukan sesuai dengan fungsi dan jabatan mereka masing-masing. Sedangkan sebagai manajer, Pastor Paroki mengusahakan agar umat beriman mampu terlibat aktif dalam aktivitas yang dilaksanakan baik itu paroki dan lingkungan. Sebagai manajer Pastor Paroki memberi komando dan perintah melalui kepemimpinan yang komunikatif. Kepemimpinan pastor Paroki hendaknya membebaskan dan memberdayakan sedangkan sebagai manajer Pastor Paroki bertugas mengawasi, mengontrol apakah umat beriman melaksanakan kegiatan sesuai dengan proggram kerja, dan visi serta misi Paroki.
Manajemen Paroki berdasarkan Teori Louis
Allen
Dalam teori manajemen profesional
menurut Louis Allen ada 4 langkah pokok yang perlu mendapat perhatian: Planning,
Organizing, Leading, Controlling. Dalam mengelola Paroki sebagai institusi
rohani sebuah communio umat beriman kristiani yang
terorganisir, teori Louis Allen kiranya dapat dipergunakan. Empat langkah ini
merupakan management work classification dari Louis Allen yang
dapat diterapkan dalam manajemen Paroki
pertama, Planning : karya pastoral Paroki harus memiliki
perencanaan (planning). Planning adalah sebuah
perencanaan untuk menjawab (jalan keluar) atas masalah-masalah yang terdapat
dalam Paroki baik internal maupun eksternal. Perencanaan itu meliputi
perencanaan strategi (strategic planning) dan perencanaan kerja (work
planning). Paroki yang baik memiliki perencanaan strategi yang jelas
misalnya selama 3-5 tahun. Perencanaan kerja itu dirumuskan dapat melalui rapat
kerja guna menjawab masalah-masalah (kebutuhan-kebutuhan Pastoral) umat beriman
di Paroki.
Pastoral Planning menjadi sebuah perencanaan pastoral yang matang dan akurat jika
telah menjawab masalah (kebutuhan dasar) umat beriman di Paroki. Maka sebelum
membuat planning hendaknya diadakan penelitian (an. alisis
sosial)untukmengetahui akar masalah yang dihadapi umat beriman baik internal
paroki maupun eksternalnya dan hal ini merupakan tugas para umat yang mengemban
tugas bidang penelitian dan pengembangan atau biasa disebut LitBang. Langkah
ini merupakan profesionalitas karya pastoral yang berbasis pada data, bukan
asumsi. Profesionalitas karya ‘pastoral itu ditentukan oleh data dan
pengolahannya yang akurat. Karena itu, sudah saatnya Pastor Paroki bekerja
secara profesional bersama bidang penelitian dan pengembangan dengan
menggunakan ilmu bantu seperti manajemen.
Kedua Organizing : setelah melalui langkah planning
(strategic planning dan work planning) dalam karya pastoral paroki, langkah
lebih lanjut adalah mengorganisir dengan membentuk tim kerja sehingga
perencanaan dapat dikerjakan se-cara efektif dan efisien. Dalam tim pelaksana dari
perencanaan karya pastoral itu sebaiknya dilibatkan semua orang yang
berkepentingan dalam Paroki seperti Dewan Pastoral Paroki, Ketua Wilayah dan
Ketua Lingkungan, para tokoh umat, ketua organisasi kategorial, dan ketua ormas
Katolik dan lainnya. Maksudnya adalah agar semua pihak yang berkepentingan (stakeholder paroki)
merasa memiliki kegiatan pastoral itu, merasa bertanggungjawab atas perencanaan
yang telah diputuskan bersama.
Ketiga Leading : langkah ketiga dalam ma-najemen pastoral yakni leading. Leading
merupakan langkah karya pastoral dengan memberikan petunjuk, motivasi dan
inspirasi yang dilakukan oleh Pastor Paroki kepada umat beriman (tim karya
pastoral). Leading adalah tahapan penting, karena di dalamnya terdapat fungsi
animasi, motivasi, dan pengambilan keputusan atas kegiatan pastoral yang sedang
dilakukan. Pastor Paroki hendaknya terlibat aktif dalam langkah ini, agar umat
beriman dapat bekerja secara efektif melaksanakan program pastoral, termotivasi
untuk mengerjakan hal-hal benar dan melakukannya dengan benar.
Keempat Controlling : langkah terakhir yang juga penting dalam manajemen pastoral adalah
controlling. Controlling merupakan tugas pengawasan dari seorang leader,
menaksir dan mengatur kerja agar pencapaian tujuan kerja dapat berkembang dan
tercapai. Dalam fungsi pengawasan ini terdapat indikator-indikator yang dapat
diukur, apakah pelaksanaan karya pastoral kita sudah tercapai atau belum, apa
kendalanya dan bagaimana progress reportnya. Maka di sini diperlukan juga
evaluasi sebagai isi pelaksanaan fungsi controlling.
Bekerja secara profesional
Menjadi Pastor Paroki yang baik dan
bekerja secara profesional itulah mimpi yang harus menjadi kenyataan. Pastor
Paroki yang bekerja amatiran akan tidak menghasilkan karya yang optimal. Banyak
umat merindukan seorang Pastor Paroki sebagai Imam gembala yang baik, pemimpin
dan manajer komunitas umat beriman, mengutamakan pelayanan dan bekerja secara
profesional. Semuanya itu adalah tuntutan bukan hanya dari umat beriman tetapi
juga tuntutan hukum kanonik (bdk. kann 519; 521), dan yang lebih penting juga
adalah kerjasama dan jalinan komunikasi yang baik antar Komunitas Pastoran
dalam hal ini para pastor paroki dengan para umat yang terlibat dalam mengelola
paroki. Semoga cita-cita untuk menjadikan umat semakin cerdas, tangguh dan
misioner akan dapat terwujud. Terima Kasih. *-
----------------------------------------------------------------------
Dikutib dari :
https://news.unika.ac.id/2016/03/manajemen-paroki-sebuah-renungan-dan-pemikiran/
Ign. Dadut Setiadi
Penulis : Pengajar Manajemen pada prodi Komunikasi
Unika Soegijapranata Semarang,
dan Sekretaris Dewan Paroki Bongsari Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar