“Orang akan datang
dari Timur dan Barat, dan mereka akan
duduk makan di dalam
Kerajaan Allah.”
suasana saat perayaan Misa pertama Minggu 25 Agustus 2019 di gereja St. Yosef Bajawa / by komsossanjos |
Pesan Injil Hari ini, Minggu 25 Agustus
2019.
Dalam
khotbanya, RP. Remigius Todang, OCD (Misa pertama) menyinggung beberapa hal
dalam kaitannya dengan Misi
Allah yang dinyatakan
secara singkat dalam ayat 18: “Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari
semua bahasa, dan mereka itu akan datang dan melihat kemuliaan-Ku”. Setiap orang
dari berbagai bangsa dan bahasa, meskipun berbeda “status” dalam masyarakat,
memiliki hak dipanggil dan menyaksikan kedahsyatan kemuliaan Tuhan.
Orang-orang dari segala bangsa itulah yang Allah pilih dan
jadikan imam untuk memberitakan kedahsyatan kemuliaan-Nya kepada manusia dari
segala bangsa (ay. 19, bdk. Mat 28:19-20). Bila akhirnya musim menuai orang
percaya tiba, persembahkanlah hasil tuaian itu sebagai korban sajian yang harum
yang berkenan kepada Tuhan.
Undangan ini ditujukan kepada segala bangsa dan suku
bangsa (bhs. Ibrani menggunakan dua istilah berbeda).
Dengan kesadaran akan hadirnya suku-suku
bangsa lain di tengah-tengah Israel, yang membuat Israel makin peka akan
misinya kepada bangsa-bangsa lain. Kepekaan misi dalam ujud meng-ajak semua
bangsa dan semua kaum memuji Tuhan bersumber pada keyakinan iman bahwa Allah
adalah Allah semua bangsa. Umat
Israel menjadi umat pilihan, namun iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Bukan nama
atau lamanya kita menganut agama, tetapi bagaimana pengamalan kita dalam
kehidupan sehari-hari.
Alangkah indahnya apabila dari keragaman suku, kaum, dan
bahasa kita lahir respons pujian memuliakan Allah dengan sehati. Setiap orang
Kristen perlu memiliki kerinduan melihat ini sebagai visi hidupnya dan
gerejanya. Visi itu hanya dapat digenapi bila misi menyaksikan Kristus kita
jalani dengan tekun dan setia.
“Orang modern
terkenal dengan kesibukan dan jadwal yang padat. Sampai-sampai mereka tidak
memiliki waktu untuk menunda pekerjaan. Begitu banyak alasan
menjadikan seseorang terlambat akan sesuatu pekerjaannya. Terlambat ke kantor,
ke tempat kerja maupun ke gereja. Apakah pernyataan ini dapat dibenarkan? Inilah
tantangan buat kita, orang-orang Kristen yang hidup pada zaman modern sekarang
ini. Kesempatan untuk mendapatkan keselamatan tidak selalu ada, dan kita juga
tidak mengetahui kapan kesempatan itu berakhir.
Atas pertanyaan mengenai jumlah orang yang diselamatkan,
Yesus menjawab justru dengan menyingkapkan urgensi waktu. Pintu sempit
menyebabkan orang harus berjuang dan berdesak-desakan dengan orang lain untuk
memasukinya. Jangan menunda-nunda mengambil keputusan.
Sikap menunda orang Yahudi disebabkan oleh keyakinan bahwa
mereka sudah pasti akan masuk Kerajaan Allah, sehingga tidak merasa urgensinya
untuk mengambil keputusan. Padahal, Yesus berkata, “Aku tidak tahu dari mana
kamu datang.” Mereka tidak dikenal Yesus oleh karena mereka tidak memilih untuk
mengenal Dia. Oleh sebab itu banyak kejutan akan terjadi. Orang yang menyangka
akan masuk ke Kerajaan Allah justru ditolak, sedangkan orang-orang yang mereka
cap kafir tetapi memiliki Yesus akan menikmatinya bersama dengan para orang saleh
Perjanjian Lama (ayat 29-30).
Yesus sendiri menyadari urgensi di dalam pelayanan-Nya. Ia
berkata, hari ini dan esok adalah untuk melayani, karena hari ketiga Dia harus
mati untuk menyelamatkan umat manusia (ayat 32-33). Yesus menangisi Yerusalem
yang menolak untuk menerima dan percaya kepada-Nya. Maka mereka hanya akan
menyaksikan peristiwa salib tanpa dapat menikmati khasiatnya.
Bila Saudara belum atau tidak merasa perlu mengambil
keputusan mengenai keselamatan Saudara, sekaranglah saat yang tepat.
(**red/ komsossanjosbajawa).(juga dikutip dari beberapa
sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar