Senin, 30 September 2019

"DIPANGGIL MENJADI PELAYAN"


"DIPANGGIL MENJADI PELAYAN"

KOMSOSSANJOSNEWS_ Syukuran Tahbisan Imam & Pemberkatan Rumah Ret-Ret berlokasi di Biara OCD Bogenga, Sabtu 28 September 2019, bersama ke 3 imam yang baru ditahbiskan pada Juli 2019 lalu, yakni RP. Agus Olivera, OCD, RP. Bonaventura Agung Pribadi, OCD dan RP. Yonis Toras, OCD. Ke 3 Imam ini tergabung dalam sebanyak 30 imam konselebran dalam perayaan misa syukuran tahbisan mereka. Hadir bersama seluruh umat dan keluarga para Imam dan Frater komunitas OCD. Acara juga dimeriahkan oleh paduan suara dari Orang Muda Katolik (OMK) paroki St. Yosef Bajawa. Dalam rencananya, ke 3 imam di atas masing-masing akan ditugaskan di Aceh, Bali dan Biara Bogenga.
Imam konselebran bersama ke 3 imam baru sedang mempersembahkan
perayaan ekaristi. foto by komsossanjos


Dalam Khotbanya, RP. Agus Olivera, OCD menyampaikan tentang Nabi. Sebagai Nabi yang berelasi dengan Allah. Setiap orang beriman (katolik) tidak ada hidup dalam kesendirian karena ada Allah. Setiap orang beriman perlu untuk menjemput dan bekrrjasama dengan rahmat Allah. Allah hadir dalam situasi hidup kita. Dalam segala kondisi baik suka maupun duka.  Kita berusaha untuk terbuka dibimbing oleh Allah.  St. Yohanes dari salib, berjalan dalam "malam gelap" didalam kesulitan hidup kembali ke jalan yang dikehendaki Allah. Setiap orang harus yakin bahwa Allah selalu membimbing kita. Hari ini kita bisa menjadi Nabi dan Murid yang melaksanakan kehendak Allah. Apakah kita mau bekerjasama dengan Allah. Semoga.
bapak / ibu umat sedang mengikuti perayaan ekaristi.
foto by : komsossanjos


Perayaan berlangsung hikmat dan lancar hingga usai. Sebelum resepsi bersama, acara di dahului dengan beberapa sambutan, diantaranya dari Superior Biara OCD Bogenga, RP. Flavianus, OCD. Pater Flavi menyampaikan terkait perasaan suka dan haru sebagai keluarga besar OCD mengalami karya Tuhan selalu senantiasa menyertai kita semua. Untuk ke 3 imam baru adalah jadilah imam karmel yang baik dan murah hati. Kami semua mendukung karya tugas kalian. Dan terkait rumah Ret-Ret yang sejak 1 Oktober 2015 hingga  September 2019 melalui proses pembangunan yang cukup panjang. Karena karya Tuhan yang Maha Besar. Pater komisaris bersama dewan dan bersama para pastor yang berupaya tentang rumah ret-ret dengan menyisikan uang saku mereka. Pater Flavi juga mengucapkan terima kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara lain Bapak Romanus Watu yang telah merancang dan menggambar rumah ini. Bapak Mamerius Ruju, pengawas teknik internal. Para tukang sejak awal bekerja serta dilanjutkan bapak Karel Dopo. Dinas PU propinsi. Bapak dan mama OCDS. Serta Semua umat yang telah mendukung dengan berbagai cara.  Rumah ini adalah rumah kita bersama. Pintu rumah ini selalu terbuka untuk semua dalam keheningan dalam kasih Allah. Ada pula keterlibatan 3 komunitas dalam menyuseskan acara syukuran ini, yakni, St. Edith Stein Maronggela, paroki St. Yosef Bajawa dan Biara OCD Bogenga. Su'u papa suru, sa'a papa laka menjadi semboyan dalam proses pembangunan rumah Ret-Ret ini. Ketiga komunitas ini selalu saling mendukung. Dan juga ucapan terimakasih untuk koor dari OMK Sanjos dan Sanggar musik suling “Wonga Runu”. Mama-mama di dapur yang telah menyiapkan segalanya untuk hidangan hari ini. Untuk semua umat dan orang tua para imam dan frater yang telah hadir dalam mendukung karya dan tugas para imam OCD. Trimakasih untuk semuanya, kata Pater Flavi.
rumah Ret-Ret biara OCD Bogenga. foto by komsossanjos


Sambutan juga dari yang mewakili ke 3 imam baru. Disampaikan oleh RP. Yonis, OCD. Melalui sebuah cerita ilustrasi soal "bersyukur", P. Yonis, menyampaikan ucapan terimakasih untuk semua formatur yang membimbing mereka bertiga sampai saat tahbisan. Terimakasih kepada semua umat yang hadir dan turut berbahagia dalam perayaan hari ini.  P. Yonis berharap bapak dan ibu umat tetap memperhatikan dan mendukung karya kerja mereka dan semua imam lainnya demi panggilan hidup mereka. 

Sambutan terakhir berasal dari Pater Komisaris OCD, RP. Markus Ture, OCD, beliau menyampaikan bahwa segala sesuatu agung karena karya Tuhan. Menjadi imam bukan karena kehebatan dan kepintaran melainkan karena dipanggil oleh Tuhan. Jadilah rumah ret-ret sebagai rumah untuk permenungan dan pelayanan rohani, bukan rumah bisnis. Berkat uluran tangan semua pihak rumah ret-ret ini dapat terselesaikan. Banyak pihak telah mengorbankan segalanya baik materi maupun moril. Semuanya telah memberi dari kekurangannya. Ada pula donatur dari Spanyol dan Jepang. Dan terimakasih kepada semua umat. Tuhan memberkati. 
suasana saat bapa / ibu umat memberikan ucapan selamat kepada ke 3 imam baru
didampingi pater komisaris OCD. foto by komsossanjos


Perlu diketahui, pada hari hari sebelumnya didahului kegiatan plenari chapter dari tanggal 19 hingga 22 September 2019, lalu kegiatan family day dan ret-ret dari tanggal 23 hingga 27 September 2019, pesertanya adalah para pastor indonesia, para frater dan seluruh orang tua pastor dan frater seluruh indonesia. Lalu pada tanggal 28 september 2019 menjadi puncak kegiatan sebagai rasa syukur di satukan dalam perayaan ekaristi sekaligus syukuran tahbisan 3 imam baru dan pemberkatan rumah ret-ret. (***red/ komsossanjosbajawa)


Rabu, 25 September 2019

ROH KUDUS AKAN BERKARYA DALAM DIRI PARA KRISMAWAN / KRISMAWATI


ROH KUDUS AKAN BERKARYA
DALAM DIRI PARA KRISMAWAN / KRISMAWATI


suasana Rm. Vikep sedang memberikan Sakramen Krisma
foto by : komsossanjos
KOMSOSSANJOSNEWS_Pada hari Selasa, 24 September 2019, Sebanyak 345 orang menerimakan Sakramen Krisma di gereja St. Yosef Bajawa. Para krismawan / krismawati ini menerimakan urapan Roh Kudus melalui tangan Romo Vikep Bajawa, RD. Yosef Daslan Moang Kabu, Pr. Sakramen Krisma merupakan tahapan penting dalam Inisiasi Kristen. Dengan minyak Krisma kita menerima meterai dari Tuhan yang dengan Karunia Roh Kudus membuat kita menjadi manusia baru. Roh Kudus akan membuat kita dewasa dalam iman serta menjadi saksi kebenaran dan mampu melaksanakan Tri tugas Kristus yakni menjadi Imam yang menguduskan, menjadi Nabi yang mewartakan dan menjadi Raja untuk melayani.
Dalam perayaan ini, Romo Vikep di dampingi pastor paroki St. Yosef Bajawa, RP. Remigius Todang, OCD. Perayaan dimulai tepat pukul 08.30 waktu setempat. Kebanyakan peserta krisma adalah pelajar dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengha Atas (SMA) serta terdapat sedikit dari umat lainnya. Adappula dari kalangan calon Frater (Aspiran) dari biara OCD Maronggela sebanyak 5 orang.

Romo Vikep berpesan "kepada para krismawan / krismawati harus mampu menjadi saksi Kristus demi mewartakan kabar gembira di tengah masyarakat dan dunia. Roh akan berkarya dalam diri kalian semua untuk menjadi Imam, Nabi dan Raja. Para krismawan harus menjadi manusia baru yang hidup menurut kehendak Roh Kudus dan mampu meninggalkan segala karakter yang buruk dari kebiasaan hidup lama".
Semoga dengan pencurahan Roh Kudus pada hari ini kita mampu bangkit dari kelemahan dan kerapuhan untuk dapat hidup berdamai dengan Allah, dengan sesama dan dengan alam lingkungan kita. Menjadi hidup baru dengan sikap hidup yang baik dan benar serta taat pada kehendak Roh Kudus, kata Romo Daslan".

suasana peserta krisma di dalam gereja
foto by : komsossanjos
suasana peserta krisma di dalam gereja
foto by : komsossanjos



suasana peserta krisma di dalam gereja
foto by : komsossanjos





Dari data yang dihimpun sekretariat paroki St. Yosef Bajawa, terdapat jumlah peserta yang terbagi atas 38 orang dari SMK PGRI Bajawa, 48 orang dari SMP PGRI Bajawa, 64 orang dari SMAK Regina Pacis Bajawa, 59 orang dari SMP Regina Pacis Bajawa, 21 orang dari SMK Sanjaya Bajawa, 15 orang dari SMA Negeri 2 Bajawa, 36 orang dari SMP Negeri 5 Bajawa, dan 65 orang umat yang langsung mendaftar ke bagian sekretariat paroki, hingga berjumlah keseluruhannya 345 orang. Perayaan berlangsung hikmat dan lancar hingga usai dengan iringan musik dan nyayian dari SMA Negeri 2 Bajawa. Diakhir perayaan, pater Remi menyampaikan ucapan dan salam kepada seluruh krismawan / krismawati beserta seluruh petugas liturgi serta para bapak dan ibu guru atau orang tua wali krisma. Romo Vikep juga menyampaikan salam dan terimakasih kepada pastor paroki dan  para peserta Krisma serta segenap umat paroki St. Yosef Bajawa atas dukungan dan partisipasi dalam perayaan hari ini. Tuhan memberkati.
(**red/ komsossanjosbajawa)


Minggu, 22 September 2019

sepenggal kisah, "MUTIARA DARI MUTIARA KERALA"

Sepenggal Kisah :
MUTIARA DARI MUTIARA KERALA

Sesudah kurang lebih sepuluh bulan menunggu, akhirnya kedua Imam dari Ordo Karmel Tak Berkasut, P. John Britto, OCD dan P. Thomas Kallor, OCD mendapat Visa untuk tinggal di Indonesia. Kedua Imam ini telah mempersiapkan dirinya terutama belajar bahasa Indonesia di Seminari Ritapiret Maumere sekitar sejak 14 september 1982.
suasana saat P. John dan P. Thom mulai berkarya di Paroki St. Yosef Bajawa

Perlu diketahui, P. Jhon dan P. Thom tiba di Indonesia pada 18 Agustus 1982 (dalam buku Memori Paroki St. Yosef Bajawa). Selanjutnya, 18 bulan di Ritapiret untuk belajar bahasa indonesia dan 6 bulan di Mataloko. P. John Britto, OCD lahir di Panaikulum, Kerala,  31 Mei 1931. Ia ditahbiskan menjadi Imam pada 14 Maret 1966. Selama di Indonesia, beliau menjadi Pastor Paroki St. Yosef Bajawa (1984 – 1993), dan beliau juga adalah Superior Biara OCD Bogenga pada tahun yang sama. Ia meninggal di India pada 17 Oktober 2001.
Pater JOHN BRITTO, OCD

P. Thomas Kallor OCD lahir di Aluva, Kerala, 02 April 1942. Beliau di tahbiskan menjadi Imam pada 19 Desember 1968. Selama di Indonesia ia menjadi Pastor pembantu / Pastor rekan di St. Yosef Bajawa. Ia juga sebagai Magister calon imam di Biara Bogenga. P. Thom meninggal di Jakarta pada 30 Januari 2004, dan jenasahnya dihantar ke Bajawa dan dimakamkan di Biara OCD Bogenga.
Pater THOMAS KALLOR, OCD

Kedua Imam ini menjadi perintis dengan segudang keistimewahan yang saling menunjang. Pater John dalam pengalaman kepemimpinan sejak 1970 – 1981, dan P. Thom dengan kelebihan bakat bahasa untuk berkomunikasi. Menurut Jurnalis senior “National Geographic” Negara bagian Kelara di sebut sebagai Mutiara India, nah, tak berlebihan juga kalau kedua Imam ini dijuluki Mutiata dari Mutiara Kelara India.
Dalam buku The Saints Of Carmel, P. John dan P. Thom menulis riwayat orang kudus karmel diantaranya Beato P. Dionisius dan Beato Bruder Redemptus, OCD yang menjadi martir di Aceh tahun 1638. Dalam sepenggal kalimat pada pengantar buku kerja OCD, P. John dan P. Thom menulis : “kami para pastor karmel OCD merasa amat bahagia dapat menemukan kembali jejak saudara kami, yakni Martir pater Dionisius dan Bruder Redemptus yang dating ke Indonesia dari Goa (India) pada tahun 1638. Tuhan telah mengantar kami menemukan jejak-jejak mereka pada tahun 1982 ketika kami pertama kali ke Indonesia.dan sejak 1984 kami bekerja mengasuh sebuah paroki di Bajawa, Keuskupan Agung Ende, Flores dan kemudian mendirikan sebuah biara. Dalam bulan September 1989 kami mulai menerima calon-calon imam OCD, penerus cita-cita Martir Dionisius dan Redemptus OCD”.


suasana saat P. John dan P. Thom foto bersama umat 

Dengan penugasan yang sudah diketahui bagi kedua Imam karmel OCD untuk memimpin sebuah paroki di Bajawa, maka tanggal 26 Desember 1983 Dewan Paroki MBC Bajawa bersama tokoh-tokoh umat mengadakan siding istimewa untuk membahas pemekaran paroki. Perlu diingat bahwa P. Basil dan P. Justin telah menjajaki terlebih dahulu hingga ke wilayah paroki Langa. Dan melalui ksepakatan bersama akhirnya paroki MBC memekarkan dirinya menjadi dua wilayah. Wilayah yang baru langsung diserahkan dibawah perlindungan Santu Yosef sekaligus memberi nama Paroki St. Yosef Bajawa. Selanjutnya hasil kesepakatan ini di sampaikan kepada Uskup Agung Ende di Ndona melalui delegasi yang dipimpin pastor paroki MBC, P. Lukas Lena, SVD tanggal 3 Januari 1984. Uskup menyetujui pemekaran paroki MBC dan langsung menerbitkan dua surat keputusan tentang pemekaran paroki MBC dan penetapan pastor paroki MBC dan pastor paroki St. Yosef Bajawa.
Kisah sejarah itu tiba tanggal 29 Januari 1984, Maria, Ibu Rumah Tangga betul Penasihat Yang Baik, akhirnya membagi separuh tugas kepada St. Yosef, kepala bengkel kayu. Hal ini ditandai pula dengan pelantikan Rm. Lukas Nong Baba, Pr dan P. John Britto, OCD masing-masing sebagai pastor paroki MBC dan pastor paroki St. Yosef Bajawa. ……………………….. (**red/ komsossanjosbajawa).. dikutip dari Buku Melacak Jejak Karmel OCD Indonesia.

Nantikan kisah selanjutnya………………………………….(biara OCD Bogenga dan Paroki St. Yosef Bajawa).

Jumat, 13 September 2019

TAHUKAH ANDA ..? SIAPAKAH P. BASIL KUDARAPPILLY, OCD & P. JUSTIN PANAKAL, OCD


TAHUKAH ANDA ..?
SIAPAKAH P. BASIL KUDARAPPILLY, OCD & P. JUSTIN PANAKAL, OCD

Dalam sejarahnya, Pada tanggal 24 Maret 1982, Bapa Uskup Donatus Djagom, SVD berserta Pater Engels, SVD datang ke Bajawa dan mengunjungi Biara Pertapaan Karmel – Tanalodu. Kunjungan tersebut sangat terkesan karena hadir bersama kedua tokoh OCD dari India, yakni, Pater Provinsial Basil Kudarappilly, OCD dan Pater Justin Panakal, OCD. Bersama Bapa Uskup, kedua Imam OCD ini menetap beberapa hari di Bajawa untuk mengunjungi umat di beberapa stasi.
peta Kerala - India

Keesokan harinya dirayakan pesta kabar sukacita dengan mempersembahkan misa dalam bahasa Inggris. Setelah perayaan ekaristi, Bapa uskup mengantar kedua Imam ini mengunjungi beberapa dan teristimewa stasi Langa dan gereja stasi St. Yosef. Dan pada tanggal 27 Maret 1982, kedua Imam OCD ini kembali ke Ende lalu pulang ke India.
Dalam rencananya, kedua Imam ini bertujuan ke Manado, tempat Biara susteran karmel OCD di Kakaskasen. Tak disangka, Bapa Uskup Donatus bertemu dan berkenalan dengan mereka saat di Jakarta. Nah, dari percakapan dan berbagai cerita dari kedua Imam ini, terutama tentang karmel, Bapa Uskup mengajak keduanya ke Flores dan lebih khusus ke Bajawa. Mungkin dalam benak Bapa Uskup Harus ada kelompok Imam yang memiliki waktu dan perhatian khusus pada pemeliharaan hidup rohani pada imam di Keuskupan Agung Ende.
Kota Bajawa era 80-an

Pada tanggal 09 Agustus 1982, Pater Basil menyampaikan kabar dari India. Beritanya, bahwa ada dua orang Imam OCD dari India yang akan diutus ke Bajawa. Dan dalam rencanya, pada tanggal 15 Agustus 1982 kedua Imam yang diutus akan berangkat dari India. Saat itu bertepatan dengan hari Pesta Bunda Maria Diangkat ke Surga. Kedua tokoh itu ialah Pater John Britto, OCD dan Pater Thomas Kallor, OCD.
Kedua Imam dari Ordo Karmel Tak Berkasut itu tiba di Jakarta pada 18 Agustus 1982. Dan pada 13 September 1982, Bapa Uskup menghantar P. John dan Thom menuju Bajawa. Kebahagiaan meliputi Biara karmel menyambut kedatangan saudara terkasih. Pada 14 September 1982, bersama Bapa Uskup, kedua Imam tersebut mempersembahkan perayaan ekaristi.
Aula John - Thom (dahulu adalah gereja St. Yosef)

Tentu, kedatangan kedua Imam ini, Pater John Britto, OCD dan Pater Thomas Kallor, OCD adalah kelanjutan atas kesepakatan awal antara kedua imam terdahulu, Pater Basil Kudarappilly, OCD dan Pater Justin Panakal, OCD, atas nama Superrior General Karmel OCD saat itu, Pater Philip Sainz Baranda, OCD. Terdahulunya sudah ada rencana General OCD di Roma untuk melebarkan sayapnya ke Asia Tenggara. (**red/ Komsossanjosbajawa)
(sumber : melacak jejak karmel OCD di Indonesia)
(nantikan lanjutan kisah P. John, OCD dan P. Thom, OCD………….)




TAHUKAH ANDA..? BEATO REDEMPTUS DAN DIONISIUS MENJADI MARTIR DI ACEH


TAHUKAH ANDA..?

BEATO REDEMPTUS DAN DIONISIUS MENJADI MARTIR DI ACEH

 

1. Beato Redemptus A Cruce (dari Salib), lahir 15 Maret 1598 dari Paredes, Portugal, pernah berkarya di Goa – India, Sumatra – Indonesia; Wafat sebagai Martir (ditembak dengan panah lalu lehernya digorok) di Aceh, Indonesia pada 27 November 1638. Dibeatifikasi pada 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.
Redemptus lahir di sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Orangtuanya memberinya nama Tomás Rodrigues da Cunha di Paredes. Semenjak usia muda, ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Namun pada tahun 1615 Ia mengundurkan diri dari dinas ketentaraan karena ingin menjadi biarawan.
Ia lalu bergabung dengan biara karmel di Goa sebagai seorang Bruder dan mengambil nama biara Redemptus dari Salib (Redemptus a Cruce). Di biara inilah ia bertemu dengan seorang biarawan kudus yang dulunya adalah seorang pelaut dan juga seorang tentara yang bernama Dionisius a Nativitate. 
2. Beato Dionisius a Nativitate , lahir 12 Desember 1600 dari Honfleur, Perancis, berkarya ditempat yang sama dengan Beato Redemptus; wafat sebagai Martir (kepalanya di pukul dengan gada hingga pecah lalu lehernya digorok) di Aceh Indonesia pada tanggal 27 November 1638. Dibeatifikasi pada 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.
Nama baptisnya Pierre Berthelot. Ia lahir di kota Honfleur, Perancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya adalah seorang dokter dan nakoda kapal dan Ibunya yang bernama Fleurie Morin adalah seorang aristokrat Prancis yang harum namanya. Semua adiknya : Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung. 
Alkisah pada tahun 1638, Wakil Raja Portugis di Goa, Pedro da Silva, bermaksud mengirim misi diplomatik ke Aceh yang baru saja berganti sultan; dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Pedro da Silva ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik.
Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir (juru bahasa dan pandu laut). Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.

Misi ini dipimpin oleh Dom Francisco Sousa de Castro sebagai duta. Para anggota misi yang lainnya adalah : Pater tentara Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico da Soza, dua orang biarawan Fransiskan, seorang pribumi dan 60 orang awak kapal. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.

Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanyalah tipu muslihat belaka. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk menyebarkan agama Katolik diwilayah Aceh. Karena itu semua anggota misi ini ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya untuk membeli kebebasan mereka.

Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum mati bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan karena mereka adalah pemeluk agama Katolik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Pater Dionisius kepada teman-temannya.

Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan dimulailah pembantaian massal.

Setelah teman-temannya dibunuh satu-demi satu, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius.
Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan.

Dionisus lalu berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaannya dikabulkan. Seorang algojo – yang adalah seorang Kristen Malaka yang murtad – mengangkat gada dan mengayunkan dengan keras ke kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.

Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang – ke laut dan tengah hutan – senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien (‘pulau buangan’). Kemudian dipindahkan ke Goa, India.

Pater Dionisius a Nativity di beatifikasi bersama dengan Bruder Redemptus a Cruce pada tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII. (**red/ Komsossanjosbajawa)
(sumber:  Katakombe.org, Buku “Melacak Jejak Imam Karmel OCD di Indonesia”)


KOMPOSISI DPP PERIODE 2021 - 2026

 DAFTAR KEPENGURUSAN DPP ST. YOSEP BAJAWA PERIODE 2021 - 2026 Hari, Minggu 19 Desember 2021, pukul 10.00 (witeng) bertempat di Gereja Paroki...