“MELALUI PEMBERDAYAAN KITA WUJUDKAN
KEHIDUPAN MENGGEREJA YANG BERMARTABAT”
SIDANG PLENO
DEWAN PASTORAL PAROKI
ST. YOSEF
BAJAWA
KOMSOSSANJOSBAJAWANEWS _ Rapat Pleno
Tingkat Paroki St, Yosef Bajawa, berlangsung selama dua hari berturut-turut
sejak sabtu 26 oktober hingga minggu 27 oktober 2019 bertempat di aula
Jhon-Thom Bajawa dengan dihadiri oleh segenap pengurus Dewan Pastoral Paroki
(DPP) dan seluruh Fungsionaris Pastoral (FP) paroki St. Yosef Bajawa baik dari
tingkat Komunitas Umat Basis (KUB), para ketua Lingkungan maupun ketua Stasi.
Dalam rapat pleno ini akan dievaluasikan semua kegiatan
pastoral selama tahun liturgi 2018-2019, baik di tingkat KUB, Lingkungan, Stasi
maupun Paroki. Antusiasme umat terwujud dengan kehadiran dari segenap fungsionaris pastoral Paroki St.
Yosef Bajawa, berjumlah 200 orang, terdiri dari 2 orang pastor, 1 orang frater,
4 orang suster, 10 ketua stasi, 19 ketua lingkungan, dan 117 ketua KUB, 45
Pengurus harian dan Seksi DPP, 4 orang
dewan penasehat DPP, yang hadir dan tetap setia dalam mengikuti Sidang Pleno DPP mulai hari pertama.
suasana peserta rapat pleno sedang mendengarkan arahan dari pemandu. fotoby : komsossanjos |
Berbekal Sabda Tuhan dari Injil Matius (Bab 4: 18 -22)
tentang panggilan murid-murid pertama, pastor paroki Sanjos, RP. Remigius
Todang, OCD menyampaikan dan memesan beberapa hal terkait rapat pleno. “Kita patut
memanjatkan pujian dan syukur berlimpah
ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang karena atas berkat dan
perlindunganNya, kita telah melaksanakan berbagai kegiatan yang telah kita
rencanakan pada tahun pastoral 2018/2019
dan secara perlahan tapi pasti
berlangkah setapak demi setapak dari waktu ke waktu menuju Paroki yang lebih
maju, Injili, mandiri, solider dan misioner,” kata pater Remi.
Lanjutnya, Sebagai Pastor Paroki, saya merasakan adanya
aura spiritualitas umat yang cukup kental di paroki ini. Semangat keberimanan
umat yang terus bertumbuh dan berkembang dalam pelbagai indikator, seperti: semakin aktifnya KUB-KUB
melaksanakan berbagai kegiatan iman, makin bertumbuhnya partisipasi umat dalam
kegiatan-kegiatan berparoki, serta meningkatnya partisipasi umat dalam
kegiatan-kegiatan spiritual; menurut saya hal ini perlu terus ditingkatkan
dengan usaha-usaha yang terencana, terukur dan berkelanjutan.
Sejak hari pertama dalam rapat pleno ini, dimulai dengan
pembahasan dan evaluasi program kerja yang telah berjalan selama setahun oleh
setiap seksi. Metode pembahasannya pun berbeda dari tahun sebelumnya, yakni
dimulai dengan diskusi melalui kelompok-kelompok yang telah dibentuk dalam
forum rapat. Dan selanjutnya diplenokan dalam sesi berikutnya. Begitu pula pada
hari kedua rapat pleno, dimana pada momen ini akan dibahas dan dirancang
program kerja kedepannya. Dan semuanya melalui diskusi kelompok yang cukup
panjang.
Patut dibanggakan bahwa 52 program (setara 91,22 %) dari
57 yang kita rencanakan bersama di tingkat DPP sudah berjalan dengan baik. Ini
berkat kerjasama semua pihak di semua lapisan (DPP, DPS, DPKUB dan umat). Selain
pencapaian yang patut diapresiasi, kehidupan menggereja masih dalam proses
menuju kesempurnaan.
Dari beberapa diskusi kelompok dan
usul saran dari beberapa peserta akhirnya ditemukan beberapa hal sebagai kesepakatan bersama
antara lain, terkait kehidupan Iman umat dalam
hal menggereja. Peserta Sidang mengusulkan agar
pintu gereja tidak dikunci karena dibutuhkan umat yang ke toilet, keluarga
yang membawa anak tidak nyaman duduk dalam gereja, perlu katekese tentang
pentingnya misa dan kegiatan bersama di KUB dan paroki, lagu-lagu misa dinyanyikan
secara proposional, dalam bernyanyi koor
40% dan umat 60% sesuai aturan liturgi, dana perlu diadakan misa keempat pada
minggu sore. Dalam pleno juga menemukan bahwa yang hadir pada doa malam wajib,
doa rosario dan pertemuan katekese umat, didominasi oleh perempuan dan
anak-anak. Bapak-bapak dan OMK jarang hadir, walau perlu diakui pula bahwa di
beberapa KUB baik bapak-bapak, ibu-ibu, anak-remaja dan OMK sama-sama terlibat,
dan KUB menjadi sangat hidup. Alasanannya masih sama, lagi-lagi umat lebih
memberi waktu untuk kehidupan ekonomi, urusan keluarga, adat, tugas pokok di
kantor dan tempat kerja. Sorotan terarah
juga kepada kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan lainnya yang bertepatan
dengan bulan doa dan kegiatan di KUB dan Paroki. Beberapa hal disebutkan juga
yakni, terkait kemampuan ekonomi umat,
yang secara kasat mata dipengaruhi oleh hadirnya koperasi-koperasi dari umat
beragama lain, juga makin heterogennya masyarakat di sekitar umat di KUB-KUB.
Sudah ada kecenderungan umat katolik pindah agama karena alasan kehidupan
ekonomi, dan beban umat untuk membayar iuran yang cukup memberatkan. Sidang
mendesak agar Paroki mulai berpikir secara serius untuk membantu pengembangan
potensi ekonomi umat. Perlu ada usaha yang lebih konkrit di bidang bantuan
modal usaha bagi umat agar tidak dililit hutang dengan bunga yang tinggi.
suasana saat peserta rapat melakukan diskusi dalam kelompok yang terbagi. fotoby : komsossanjos |
Selain itu, Sidang
pleno bersepakat untuk menyetujui konsep yang diajukan oleh DPP dan yang telah
disosialisasikan, yaitu: Pemekaran paroki sudah saatnya dimulai dengan
persiapan lahan untuk pusat paroki pemekaran. Biaya pemekaran paroki menjadi
tanggungjawab seluruh umat paroki. Untuk
tahap awal, biaya pengadaan tanah menjadi tanggungjawab umat, Rp. 200.000.-
perjiwa untuk jangka waktu satu tahun, yang dilunasi paling lambat bulan
oktober 2020. Mekanisme pembayaran disepakati oleh masing-masing KUB atau
sesuai kemampuan masing-masing umat. Wilayah
paroki pemekaran menanti penetapan dan menjadi kewenangan oleh Uskup. Merekomendasikan
kepada DPP untuk membentuk panitia pemekaran paroki yang bertanggungjawab
menyiapkan segala sesuatunya berkaitan dengan pemekaran paroki, termasuk master
plan dan kebutuhan keuangannya.
Masih banyak lagi hal lain yang menjadi kesepakatan dalam sidang
pleno di paroki Sanjos ini. Dan kesemuanya itu akan dirampungkan secara baik
untuk dapat dibagikan kepada umat hingga ke tingkat KUB untuk dijadikan
pedoman.
Sidang pleno berlangsung damai hingga usai, walaupun ada
sedikit perbedaan pendapat dari beberapa pengurus dan utusan umat dari tingkat
bawa.
Dalam siding pleno kali ini sebagai panitia yang menangani
urusan konsumsi dan petugas lainnya ditangani oleh umat dari stasi Naru.
Pesan terakhir pada hari kedua sebelum penutupan siding pleno
ini, pater Remi menyampaikan sedikit pesan melalui cerita ilustrasi singkat
sebagai ungkapan atas karunia Tuhan yang diberikan ke atas kita semua sebagai
umat dan penerus misi keselamatan-Nya. Seperti para rasul yang telah
menyangkal, ada pula yang tak percaya kalau tak melihat bahkan banyak yang lari
ke Emaus saat Yesus ditangkap. Namun Tuhan tetap mempercayai mereka semua
hingga saat ini yang terbukti bahwa gereja tetap tumbuh dan berkarya. Hal ini
disampaikan pater Remi bahwa kita pun sebagai DPP dan Fungsionaris Pastoral
adalah utusan Tuhan juga. Walaupun dengan berbagai karakter seperti para murid
Yesus, namun Tuhan tetap mempercayai kita semua untuk melanjutkan karya
keselamatan-Nya dengan membangun kebersamaan dalam mendukung kegiatan-kegiatan
pastoral demi memajukan gereja dan paroki. Lanjut pater Remi, Saudara-saudari
anggota FP yang terkasih….pertanyaan Yesus: Berapa roti ada padamu, juga
menjadi pertanyaan untuk kita juga. Hendaknya kita selalu bertanya: berapa roti ada padaku? Kita yang
adalah FP harus menjadi bagian dari solusi. Untuk itu dibutuhkan kemauan serta
kerelaan untuk berkorban dan memberi diri. Dan ini hanya mungkin kalau kita
sungguh menghayati undangan Yesus yang “dipanggil untuk melayani bukan dilayani”
(Mark 10.45). (**/red komsossanjosbajawa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar